Kamis, 10 Mei 2012

Tongue Tie (Ankyloglossia) a.k.a Tali Lidah Pendek

Hampir lebih dari 2 bulan ga nulis di blog.. hehehe.. Harap maklum, akhir Maret lalu baru saja melahirkan anak pertama, ditambah dengan baby blue syndrome dan si kecil yang nempel gentong terus, alhasil tidak bisa duduk lama-lama depan kompie buat online. Cerita lahirannya di postingan berikutnya yaa.. sekarang mau cerita sesuai judul dulu ^_^

Tongue tie (ankyloglossia) a.k.a tali lidah pendek/kaku, hal ini sudah pernah saya baca sewaktu hamil kemaren, baca teorinya, baca kisah ibu-ibu dengan kasus seperti ini, baca referensi tenaga medis yang mumpuni untuk kasus ini, dll. Sama sekali tidak menyangka (dan tidak berharap pastinya) si tongue tie ini akan mengenai anak pertama saya.
Awal kisah, Raka, anak pertama saya, lahir dengan berat badan 2800 gram. Sejak hari pertama lahir, Raka memang rawat gabung bersama saya. Terus berusaha memberi ASI walaupun puting saya "retracted" (masuk ke dalam) semua, dengan harapan besar dia mendapatkan hak kolostrumnya. Setiap malam rewel terus, nempel terus sama payudara, hampir 12 jam setiap malam selalu begitu. Hari ke-3 kami pulang.

Di rumah pun sama. Raka tetap rewel sepanjang malam, pagi - siang dia bisa tidur agak lama. Hari ke-4 payudara saya keras dan bengkak, sampai di-massage sama suami. Hari-hari berikutnya berlangsung sama, nempel terus sama payudara, kalau lepas nangis, puting saya lecet semua sampai berdarah, kegiatan menyusui jadi hal yang menyakitkan buat saya. Buang air kecil 6x / 24 jam, buang air besar 1-2x / 24 jam (karena masih dalam batas normal, saya belum curiga). Di hari ke-4 juga saya mulai melihat tanda kuning di mata Raka, saya dan suami sepakat ini adalah kuning yang normal (ikterus fisiologis). Terus kami pantau sampai hari ke-10 --> masih tetap kuning. Hari-hari berikutnya kuningnya makin meluas sampai kedua lengan dan tungkai (Kramer 4). Akhirnya saya bawa ke dokter anak. Ditimbang di sana, BB Raka jadi 2500 gram (hari ke-13), beliau bilang masih dalam batas normal. Diminta periksa bilirubin, hasilnya bilirubin total 19,78. Langsung diminta untuk rawat inap untuk fototerapi. 2x24 jam fototerapi, hanya efektif 1x24 jam karena Raka trauma masuk ke box terapi. Saat masuk RS inilah saya mulai berpikir, karena saat ditimbang beratnya hanya 2100 gram. JLEB!!! Loss weight >20% dalam 13 hari??? Dokter anaknya masih belum berpikir adanya diagnosa lain. Akhirnya pulang dengan bilirubin 16,2 dan nasehat ASI n terus ASI.

Kondisi Raka ini membuat saya berpikir, kenapa??? Raka nyusu terus, hampir 24 jam, buang air kecil masih normal, buang air besar normal, kenapa kuning dan kurus???? Saya mulai dibombardir kalimat "ASImu itu kurang"; "Ga kasihan apa sama anak? tambahin susu formula deh". Waktu Raka nangis, saya perhatikan lidahnya.. MasyaAllah, jangan-jangan ini yang namanya tongue tie!!!! Saya cerita ke suami, beliau googling, sepakat. Besoknya saya ke dokter anak dan menyampaikan kecurigaan saya, beliau juga sepakat, ti tidak bisa melakukan tindakan. Raka dirujuk ke dokter bedah, beliau pun tidak berani, karena memang kasus ini baru pertama kali muncul di kota kecil itu. Saya sudah berpikir akan ke KMC (Kemang Medical Care-red), tapi menunggu usia 40 hari, sementara saya coba genjot pumping ASI saja, sambil beli timbangan bayi untuk memantau beratnya tiap hari.

Hari ke-24.. beratnya Raka jadi 2400 gram. Hari ke-24!!!! kembali ke berat lahir saja belum... kalau saya plot ke KMS sudah berada di bawah garis merah!!! Saya dimarahi orangtua, bombardiran kalimat-kalimat:
- ASImu itu kurang, terima kenyataan saja kalau meang kurang. Ga semua ibu itu produksi ASInya bagus
- Kamu nyesel nanti kalauga ngasih susu formula sekarang
- Anakmu ini sudah kurang gizi
- Jangan keukeuh sama teorimu!! teori dan praktek itu beda!!
- Lidah anakmu itu ga kenapa-kenapa.. semua bayi juga lidahnya begitu. ASImu aja yang kurang
NANGIS!!!! SAKIT!!! Seandainya yang ngomong gitu bukan orangtua kandung saya, sudah saya bantah sejadi-jadinya. Berhubung orangtua kandung yang akses internet juga ga ngerti, saya cuma bisa diam, dan berdoa tolong berikan jalan keluar terbaik tanpa saya harus durhaka sama orangtua. Saya menyerah untuk memberi sufor hari itu, tapi saya minta JANGAN PAKAI DOT.
Malamnya saya diskusi via sms dengan suami, sepakat Raka dibawa ke Jakarta 2 hari lagi. Keputusan mendadak itu membuat banyak orang kaget, tapi mau gimana lagi?? saya nekat aja bawa Raka terbang di usia 27 hari. Bismillah, niat saya untuk menyelamatkan Raka.

Setibanya di Jakarta saya langsung mendaftarkan diri untuk periksa di KMC, dengan dr.Asti Praborini,SpA,IBCLC.. dokter anak yang juga konselor laktasi, dan sudah berpengalaman dengan tongue tie. Saya masuk ke ruangan beliau sebenarnya sudah mengantongi diagnosa anak saya, tongue tie, tapi saya ingin beliau sendiri yang memastikan bahwa itu benar. Ibu dan ibu mertua ikut masuk ke ruangan. Dan apa kata beliau?? Ya, anak saya memang Tongue Tie, yang tipe 2 (medial). Kedua ibu saya diam. Saya tandatangan surat persetujuan tindakan, anak saya di-frenotomi. Sebentar saja, sangat sebemtar. Langsung disusukan ke saya, terasa sangat berbeda. Saya juga diajari suplementasi ASI dengan lactation aid sederhana, dosis awal 6 x 60 cc / 24 jam. Ditambah obat minum tablet 3x3, akupuntur, dan tongue exercise supaya tidak terjadi keloid pada bekas insisi. Saya juga minta dr.Asti untuk menjelaskan kepada kedua ibu saya kenapa tidak boleh pakai dot (fyi, anak saya sejak 2 hari sebelum ke KMC diberi sufor pakai dot, ga ada yang mau dengar kata JANGAN dari saya, ga ada yang percaya ada kasus BINGUNG PUTING gara-gara dot). Akhirnya kedua ibu saya dapat pencerahan dari dr.Asti.

4 hari kemudian, berat Raka naik 150 gram (32,75 gram/hari). Dosis sufor diturunkan jadi 6 x 50 cc / 24 jam. Seminggu kemudian kontrol, beratnya naik 310 gram (44 gram/hari). Dosis sufor diturunkan jadi 150-250 cc / 24 jam... ditimbang di rumah 3 hari kemudian sudah naek 300 gram, jumat besok kontrol lagi, dan akan kita lihat naik berapa gram. Sekarang berat Raka sudah 3500 gram. ALHAMDULILLAH.

Raka usia 2 hari, ketika menangis tampak jelas tongue tie-nya (tali putih di bawah lidah)

Raka usia 20 hari, kuning dan kurus.. BB sekitar 2300-2400 gram

14 komentar:

  1. wooww...aku nggak ngerti dengan Tongue Tie..makasih An..pengalamannya..
    Waktu Ikram (anak pertamaku) lahir aku juga menghadapi kondisi yang sama... Vonis dari keluarga yang bilang ASI nya kurang, nggak bagus dll... akhirnya membuat aku menyerah....

    Anakku juga lahir dengan billirubin yang tinggi..3 hari di rumah langsung kembali lagi dirawat di rumah sakit..waktu diputuskan untuk dirawat bilirubiinnya sudah 15,... (sekian)... dokternya waktu itu nggak menyinggung masalah Tongue Tie sich.. Alhamdulillah 3 hari di inkubator billirubinnya kembali di bawah 10..(batas normal)..

    Kalau inget kondisi itu, aku sekarang cuma bisa bersyukur karena Ikram sehat... sudah semakin pintar.... semoga raka juga semakin pinta dan sehat ya.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai vi.. Masih banyak kok tenaga kesehatan dan para orangtua yg ga ngerti bahkan belum tahu tentang tongue tie. Krn memang tidak masuk dalam kurikulum kedokteran. Tp yg perlu semua orang tahu bahwa ASI itu selalu cukup untuk bayi ASAlKAN rangsang dari bayi sudah benar. Amiin..semoga ikram juga sehat terus yaa

      Hapus
  2. Anak sy juga memiliki kelainan tongue tie,, skrg usiax sdh 1 tahun,, sebenarx sih sdh sejak usiax krg lbh 1 minggu sy menyadari kelainan pada lidah anak saya, lalu sya membawax ke dokter anak dan bedah, tp tdk berani melakukan tindakan, krn ktrbtsan biaya dll, akhirnya kmrin q bawa ke beberapa rmh skit di makasar, tpi tak ada yg berani mlkukan tindakan, skrg jdi bingung sebenarx anak penderita tongue tie sebaiknya dibawa kemana,,,?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Anakku juga divonis dokter tongue tie,,tapi yg aku bingungkan aku ga ngerasain sperti gejala tongue tie pada ibunya,,selama menyusui aku nyaman2 aja,,cuma anakku kalo udah nyusu sebentar aja uda tidur
      Kalo diliat dri lidah biasa saja
      Aku jadi bingung boleh bantu share ga bun ??

      Hapus
  3. perkiraan biaya frenotomy tongue tie berapa sih mbak..? makasih infox,,,

    BalasHapus
  4. malam, mau berbagi jg nii .. salam kenal nama ku erni .. baby ku calya jg tongue tie bahkan dia jg lip tie .. emg byk org awam yg gak ngerti .. tp itu lbh baik di bedah dan bedah ny pun ga lama ko. emg kasus ini jarang sekali . baru di KMC yg bs tangani . buat mngalami hal yang sama, memang ini perlu dilakukan agar baby bs menyusu dengan benar ..

    BalasHapus
  5. Terima kasih sharingnya bunda Erni...
    Salam kenal juga...

    BalasHapus
  6. Anakku juga divonis dokter tongue tie,,tapi yg aku bingungkan aku ga ngerasain sperti gejala tongue tie pada ibunya,,selama menyusui aku nyaman2 aja,,cuma anakku kalo udah nyusu sebentar aja uda tidur
    Kalo diliat dri lidah biasa saja
    Aku jadi bingung boleh bantu share ga bun ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dokternya sudah melihat langsung dan memeriksa kemudian menegakkan diagnosa tongue tie, ya berarti memang benar tongue tie. Tidak harus si Ibu merasakan derita dulu. Diagnosanya memang harus ditegakkan oleh dokter, terutama dokter spesialis anak.

      Hapus
  7. Mb. Bgaimana keadaan raka sekaRang? Ada GANGGUAN BERbicara tdk?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Raka baik... tidak ada gangguan berbicara. Bahkan kecerdasan linguistik-nya cukup memuaskan... Tidak ada istilah cadel, celat, atau apalah seperti yang banyak dikhawatirkan orang. Kemampuan pengucapan baik bahasa indonesia, bahasa inggris maupun bahasa arabnya pun cukup baik.

      Hapus
  8. Mba bayiku usia 6bln kyknya tongue tie dan lip tie, , , mmg dr awal lahir sy lihat lidahnya pendek, diujung lidahnua jg nggak lancip,, klo nangis gak nyaring gk seperti bayi lain, mslah menyusui alhamdulillah dy lancar kok.. Yg sy khawatir kan, klo bayi tdk diinsisi apa nnti kefasihan bicaranya baik2 saja??

    BalasHapus
  9. Mba..bayi saya 16 bulan,sejak 7 bulan saya perhatikan lidah khansa seperti terbelah tapi bisa melewati giginya kalo dia menjulurkan lidah.BBnya gak ada masalah malah overweight kata dokter..sekarang usia 16 bulan BB 15kg.

    Saya takut khansa jadi bermasalah bicaranya nanti,ini memang sudah bisa beberapa kosakata walaupun belum terlalu jelas.

    Kemarin nanya ke bidan katanya gpp..

    BalasHapus